“Biasakanlah nasihatmu (disampaikan) dalam kesendirianku Dan hindarilah (menyampaikan) nasehat di perkumpulan orang, Karena sesungguhnya nasehat di tengah orang banyak merupakan salah satu bentuk Penghinaan yang tidak aku relakan untuk mendengarnya. Jika engkau menyalahi dan melanggar ucapanku ini, Maka janganlah kecewa (kesal) jika tidak ditaati (nasehatmu)”

Kamis, 01 Januari 2009

Oase Iman ( Sejenak Kita Meneguhkan Iman )

Muslich Taman

oleh : Muslich Taman

Waktu dengan cepat terus berjalan. Tak kuasa dicegat sedetik pun. Alam di sekitar kita pun demikian, cepat berubah dan berganti. Pepohonan yang kemarin dedaunannya hijau dan rimbun kini telah kering dan gundul. Rambut-rambut klimis tersisir kini berubah dari hitam menjadi putih beruban. Dinding-dinding bangunan bahkan tempat ibadah pun telah retak dan mulai rapuh. Dan, aspal jalanan yang sebelumnya halus licin juga telah aus pada berlubang. Semuanya dengan pelan namun pasti, terus berubah dan berganti.

Demikian juga dengan usia kita semua. Masa hidup kita dibatasi waktu. Usia kita terus bertambah, namun hakikatnya jatah hidup kita berkurang. Dan kesempatan kita menikmati indahnya dunia semakin mendekati batas pinggir.

Kita harus sadar bahwa kita akan kembali. Iya kembali. Kembali menghadap sang Ilahi untuk mempertanggungjawabkan segala apa yang kita alami. Kembali bertemu Dzat yang menghidupkan kita sebelum mati. Pencipta Yang Agung dan Maha Segala? Lalu, sudahkah kita siapkan segala sesuatunya?

Bukan harta benda, bukan pangkat kedudukan, bukan pula gelar kebangsawanan… Bukan itu semua… tapi iman!! Yaa… iman… hanya keimanan itu yang akan menyelamatkan kita, kini dan nanti, dunia akhirat.

Aku sangat yakin bahwa pembaca sekalian sudah mengetahui hal ini, tetapi sudahkan kita semuanya menjaga, menyuburkan, dan senantiasa meningkatkan kualitas keimanan yang bersemai dalam dada kita?!

Sudahkah pengetahuan kita terhadap hal itu mampu mendekatkan kita dengan segala amal yang kita lakukan kepada-Nya. Senantiasa mencari ridha-Nya, tulus ikhlas kepada-Nya?

Sudahkah pengetahuan itu membawa kepada kesadaran bahwa hidup kita bisa berakhir kapan saja… hari ini… bahkan mungkin detik ini… setelah kita keluar dari pintu rumah, sehabis pulang kantor, sesudah bangun tidur, usai menunaikan shalat, atau kapan pun yang kita tak tahu… Dan jika saat itu datang, mungkinkah kita membawa bekal terbaik, jika tidak kita persiapkan?!

Untuk itu, wahai saudaraku, kakakku, dan adikku… pahamilah bahwa aku bertutur bukan untuk menggurui kalian
Aku tidak melebihi dari kalian sebagai hamba-Nya
Anggaplah aku teman yang sekedar mengingatkan kalian sekaligus mengingatkan dirinya sendiri..
Bahwa hanya keimanan dalam dada yang memungkinkan kita berada bersama rasul-rasul dan orang-orang shaleh.

Karena itu, tolonglah aku untuk ikut mengingatkan kalian…
Tidak, sekali-kali aku tidak memerintah kalian, tidak… bukan aku, tapi Dia, Allah Tuhan segala Illah!
Dia yang memerintahkan, Rasul-Nya yang menyampaikan, dan aku sekadar penyambung lidah.

Telah aku sampaikan kalimat-Nya…
Kini terserah pada kalian, apakah bersedia memenuhi dan meninggikan seruan-Nya
Jalani hidup dengan senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dengan mengikuti aturan-aturanNya dan sunnah Rasul-Nya
Maka insya Allah keselamatan dunia akhirat ganjarannya

Dia, Allah, pemilik semesta dan seisinya, sudah sepantasnyalah kita selalu menaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-Nya. Maka kebenaran hukum manakah yang kita pilih?

Dia, Allah, pemilik sah diri dan jiwa manusia… kepadaNyalah sebenar-benar kita akan kembali.
Ke mana kita akan sembunyi jika ajal datang menjemput?!

Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, suatu ketika Rasulullah pernah ditanya tentang amalan apakah yang paling utama, maka Rasulullah menjelaskan, “Yaitu iman kepada Allah dan Rasul-Nya, jihad fi sabilillah, kemudian haji yang mabrur.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Wallahu a’lam bishawab.

Sumber : kautsar.co.id

0 komentar: